Dr. Abdullah Azzam
Pustaka Al-`Alaq, 1422 H.

Keutamaan Islam dibangun atas tiga prinsip dasar; Iman-Hijrah-Jihad. Tanpa ketiganya, kaum muslimin tidak akan menjadi mulia. Dan tidak ada jalan lain untuk menjadi mulia, kecuali dengan mengamalkannya. Setiap orang yang menerima Islam akan menapaki kesempurnaan ini.

Hijrah dan I`dad adalah Dua Fardhu yang Tanpa Disertai Syarat [h.14] Matinya seorang Muhajir Itu Bernilai Syahid [h.20] Dimana pun dan oleh sebab apapun. Dan diantara keutamaan-keutamaan orang yang berhijrah adalah balasan Alloh di dunia, berupa tempat tinggal dan rezki yang baik.

“dan orang-orang yang berhijrah karena Alloh sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia” [Q.S. An-Nahl:41]
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan yang berjihad fie sabili-LlaH, mereka itu mengharapkan rahmat Alloh...” [Al-Baqoroh:218]

Menurut Abdullah Azzam, Hijrah itu ada dua, dan keduanya adalah wajib! Hijrah kepada Alloh berarti hijrah kepada Kitab-Nya, Hukum-Nya, dan Sifat-Nya.[h.51] dan Hijrah kepada Rosul yakni dengan menjadikannya sebagai uswah hasanah. Dan lebih mencintai Rosululloh dari manusia seluruhnya [h.52]

Jihad harus didahului dengan hijrah. Sedangkan hijrah adalah perkara yg paling sulit bagi jiwa manusia. [h.53] Karena berpisah dengan tempat dan kenangan masalalunya, yang mana hal ini diserupakan dengan membunuh jiwa manusia (An-Nisa`: 66). Demikian I`dad, keduanya ibarat sholat dan wudlu. Tidak sah Jihad tanpa Hijrah dan I`dad.

Beliau menggambarkan perbedaan orang yang mencari akhirat dengan orang yang mencari dunia dalam memperlakukan Kitab Suci. Orang yang berkhotbah di atas mimbar dengan imbalan beberapa dirham yang lebih banyak dari kalimatnya. Atau orang yang menulis kitab di kursi malas yang disampingnya meja hidangan yang sangat bersih. Lalu mengambil kitab tersebut dan menukil isinya, juga mengambil dari buku-buku yang lain. Kemudian membukukannya dan menjualnya menurut berat timbangannya [h.77-78] Sungguh berbeda kawan, Dien ini bukanlah permainan.

Azzam yang dalam kehidupannya senantiasa bergelut dalam medan pertempuran, memang tidak pernah menulis buku (kecuali beberapa risalah pendek). Akan tetapi karya ini (yang sebenarnya adalah adalah khutbah dan pidatonya) merupakan pengalaman empirik-spiritual beliau yang tidak syak lagi merupakan perkataan yang amat meyakinkan dan hujjah yang kokoh. Apa yang tersurat dalam buku ini, berisi kekuatan spirit dari sang Mujahid yang berpengalaman dan berpengamalan.

Menurut-ku, Azzam merupakan pembaharu Islam Abad ini, yang mengibarkan bendera hijrah dan jihad justru ketika sebagian besar ulama dan umat ini lalai terhadapnya. Beliau menjelaskan kepada kita apa-apa yang pada masa sekarang ini begitu samar dan terlihat menakutkan. Sebagian orang mungkin akan men-stigma beliau secara negatif sambil bermuka masam dengan julukan teroris, tapi diri yang faqir ini tanpa ragu akan menganugerahi gelar tersebut kepada beliau sambil tersenyum.

Buah karya ini menggambarkan karakter pribadi Asy-Syahid yang tegas namun santun. Dalam salah satu kisah yang beliau sampaikan, dimana beliau sering kali berbeda pendapat dengan beberapa ulama. Tanpa harus saling men-tahzir atau men-takfir, mereka saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Bagaimana dengan kita?

Sudahkah kita melaksanakan Dua Fardhu yang Tanpa Syarat ini?



Axact

Empiris

Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial mengorientasikan diri untuk menjadi katalisator terwujudnya Mulkiyah Allah di muka bumi, dan bersama-sama menggalang kekuatan kolektif dari potensi-potensi yang telah sejak lama berada dipangkuan Ummat Islam... Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayatil Mustadz'afin... Hidup Kita Bersama Allah, dan Allah Berada Dalam Kehidupan Kaum Tertindas... Inna fatahna laka fathan mubina...

Post A Comment:

0 comments:

Bro, ekspresikan ruhul jihad mu !!!