"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" (QS Al Maidah: 3).Hari itu adalah hari pertama Ali Thanthawi (alm) mengajar di sekolah
menengah umum. Beliau adalah guru agama yang ditugaskan di situ. Begitu
beliau sampai di depan kelas, siswa-siswi langsung gaduh, ribut tidak
karuan. Beliaupun heran, tadinya anak-anak baik-baik saja, kok sekarang
ribut? Ada apa?

Beliau bertanya kepada mereka, "Kenapa begitu saya datang kalian ribut?"
Mereka menjawab, "Sebab sekarang adalah jam pelajaran agama, pelajaran
santai dan asal-asalan atau asal ada!"

Itulah gambaran pengalaman Syekh Ali Thanthawi (alm) sewaktu beliau
menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah di salah satu Negara Timur
Tengah. Pengalaman ini menggambarkan bahwa agama Islam sudah sedemikian
parah dipahami dan dimengerti oleh para anak didik, sampai-sampai mata
pelajaran agama dan jamnya dijadikan sebagai saat untuk santai, gaduh
dan ribut yang sama sekali tidak ada konsentrasi. Itu dulu.

Sekarang, Amerika sedang memelopori gerakan perang melawan terorisme.
Dan salah satu proyeknya adalah mengganti kurikulum pendidikan agama
Islam dengan konsepsi dan pemahaman yang diinginkan Amerika. Proyek
penggantian kurikulum ini terus digalakkan, termasuk di Negara-negara
Timur Tengah. Dan jika proyek ini berhasil dan sukses, bisa kita
bayangkan akan seperti apakah pemahaman masyarakat terhadap Islam
nantinya?

Pada suatu hari, Syekh Ali Thanthawi (alm) bertanya kepada para
muridnya, "Mungkinkah kita menjelaskan tentang Islam dalam tempo satu
jam kepada orang-orang yang belum memahami Islam?" Para murid menjawab,
"Tidak mungkin, bagaimana kita mungkin menjelaskan apa itu Islam hanya
dalam tempo satu jam kepada seseorang yang sama sekali belum mengerti
tentang Islam."

Syekh Ali Thanthawi (alm) menjawab, "Tetapi, Rasulullah Saw. dahulu
mampu menjelaskan tentang Islam hanya dalam beberapa kalimat saja, dan
seorang badui yang untuk pertama kali mendengarnya, langsung bisa
memahaminya dan bahkan mampu menjelaskannya kembali kepada kaumnya.
Padahal yang namanya orang badui itu adalah seseorang yang hidupnya
nomaden, berpindah-pindah dari satu kawasan ke kawasan lain, sesuai
dengan wilayah hujan dan rumput. Mereka tidak mengenal budaya
perkampungan, perkotaan, apalagi peradaban, termasuk juga mereka tidak
mengenal agama. Yang mereka kuasai hanyalah logika yang sederhana saja."

Kalau begitu, marilah kita sekarang mencoba mengerti dan memahami Islam
dalam tempo yang singkat, namun padat dan jelas, insya Allah. Semoga
Allah Swt. memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin

Pada hari Jum'at, tanggal 09 Dzul Hijjah tahun 10 H, Rasulullah Saw. dan
para sahabatnya sedang berkumpul di Arafah, sebuah tempat dekat kota
Makkah di Semenanjung Arabia. Mereka sedang menjalani sebuah ritual yang
dikenal dengan nama wukuf. Saat mereka sedang wukuf itulah Allah Swt.
menurunkan keterangan tentang agama yang dibawa oleh utusan-Nya yang
terakhir. Keterangan itu (dan selanjutnya kita sebut Firman) berbunyi,

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu" (QS Al-Maidah: 3).

Firman Allah Swt. menjelaskan kepada kita beberapa hal, yaitu,

1. Agama Islam ini adalah agama yang sempurna. Istilahnya kamil. Di
dalam agama ini terdapat berbagai penjelasan dan jalan hidup dalam
berbagai sisi kehidupan, baik kehidupan ritual, seremonial, pergaulan,
sosial, ekonomi, politik, budaya, keamanan dan sisi-sisi kehidupan
lainnya. Tidak ada satu pun sisi kehidupan kecuali agama ini menjelaskan
mana yang baik dan membawa manfaat dan mana yang buruk yang mendatangkan
mara bahaya.

2. Agama Islam ini adalah kenikmatan yang Allah Swt. berikan kepada kita
secara lengkap. Istilahnya tamam. Terkait dengan Islam adalah nikmat,
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita agar selesai makan, atau minum,
kita mengucapkan doa, "Al-hamdulillah al-ladzii ath'amana wa saqana
waja'alana Muslimin" (segala puji milik Allah Swt. yang telah memberikan
makan dan minum kepada kami, dan menjadikan kami orang-orang Islam).
Dalam doa yang diajarkan Rasulullah Saw. kepada kita ini ada satu hal
yang menarik, yaitu Beliau Saw. merangkaikan kenikmatan makan dan minum
dengan kenikmatan kita sebagai orang Islam. Hal ini menegaskan kepada
kita bahwa agama Islam dan ber-Islam adalah sebuah kenikmatan.

Mungkin ada sebagian kita yang bertanya, "Kenapa selama ini kita kok
tidak atau kurang begitu merasakan Islam sebagai kenikmatan?" Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita bisa melihat kasus tidak bisa merasakan
nikmatanya makan dan minum, yang memang oleh Rasulullah Saw.
dirangkaikan dengan kenikmatan Islam dan ber-Islam.

Paling tidak ada dua penyebab, kenapa kita tidak atau kurang merasakan
nikmat Islam atau ber-Islam sebagaimana kita tidak atau kurang merasakan
nikmat makanan dan minuman.

Pertama, mungkin karena lemahnya pemahaman kita terhadap Islam,. Karena
ketidaktahuan kita, makanan yang sebenarnya lezat, nikmat dan bergizi,
tidak mau kita konsumsi. Sepeti anak kecil, untuk mengkonsumsi makanan
bergizi, kita harus menyuapinya, dan bahkan mengejar-ngejarnya. Setelah
dia dewasa, dan paham, dialah yang gantian mengejar-ngejar kita untuk
memenuhi permintaannya. Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan
pengetahuan, wawasan dan pemahaman kita terhadap agama kita, agar bisa
merasakan nikmat Islam dan ber-Islam.

Kedua, atau mungkin karena adanya penyakit dalam diri kita, sariawan
misalnya. Sehingga, makanan yang lezat dan enak itu menjadi tidak nikmat
dan tidak lezat. Oleh karena itu, marilah kita bersihkan diri kita dari
berbagai penyakit hati dan jiwa, agar kita bisa menikmati Islam dan
ber-Islam.

3. Agama Islam adalah agama yang diterima dan diridhai Allah Swt.
Istilahnya, agama yang mardhiy. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt
pada ayat lain dari Al Qur'an, yaitu,

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah Swt. hanyalah Islam"
(QS Ali Imran: 19).

Bahkan, pada ayat lain, Allah Swt. menjelaskan bahwa Dia tidak akan
menerima agama selain Islam, dan siapa saja yang mengikuti selain Islam,
di dunia amalnya tidak akan diterima dan di akhirat ia termasuk
orang-orang yang merugi. Allah Swt., berfirman,

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi" (QS Al Maidah: 85)

Itulah satu sisi gambaran tentang Islam, dan masih banyak lagi
gambaran-gambaran lainnya, baik yang ada dalam Al-Qur'an maupun yang ada
dalam hadits Rasulullah Saw., ataupun dalam kehidupan para sahabat Nabi
Saw., generasi yang pertama-tama menerapkan dan mempraktekkan Islam dan
ber-Islam dalam kehidupan mereka, semoga Allah Swt. senantiasa
memberikan bimbingan kepada kita untuk terus meningkatkan wawasan dan
pemahaman kita, dan semoga kita tidak meninggal kecuali dalam keadaan
muslim, amin. Wallahu a'lam bishshawab.
Axact

Empiris

Episentrum Pengkajian Islam dan Riset Sosial mengorientasikan diri untuk menjadi katalisator terwujudnya Mulkiyah Allah di muka bumi, dan bersama-sama menggalang kekuatan kolektif dari potensi-potensi yang telah sejak lama berada dipangkuan Ummat Islam... Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayatil Mustadz'afin... Hidup Kita Bersama Allah, dan Allah Berada Dalam Kehidupan Kaum Tertindas... Inna fatahna laka fathan mubina...

Post A Comment:

1 comments:

  1. Anonim15.58

    Agar Dapat Menikmati Islam, salah rujukan tuh gan...bukan (QS Al Maidah: 85), tapi (QS Ali'Imran:85)

    BalasHapus

Bro, ekspresikan ruhul jihad mu !!!