Bismillahirrahmanirrahim,
Umat Islam sebagai salah satu kekuatan masyarakat, saat ini harus diakui belum lagi mampu menunjukkan dirinya sebagai fa'il bagi gejolak perubahan di tengah-tengah masyarakat. Bahkan berbagai kalangan politis saat ini sibuk memanfaatkan kaum Muslimin untuk mencapai tujuan politis mereka.
Kita tahu, setiap kali akan ada suksesi di berbagai negeri mayoritas Muslimin seringkali diiringi para punakawan politik negeri-negeri itu melalui rekruiting massa yang intensif. Berbagai pendekatan pun dilakukan agar hati umat mekar dan mendukung kepemimpinan mereka.
Sayangnya, sebagian besar umat kita benar-benar terbius dengan manuver politik yang licik itu, bahkan menganggap hal itu sebagai upaya untuk menumbuhkan perubahan bagi nasib umat Islam di masa depan. Fatamorgana demokrasi.
Sesungguhnya, perubahan umat hanya dapat dilakukan dengan minhaj yang benar. Minhaj yang mana telah diwariskan Rasulullah kepada kita dalam bentuknya yang orisinil, tanpa perubahan. Namun, kita tentu tidak akan mampu melaksanakan minhaj ini apabila belum mampu berinteraksi dengan Al Qur-an dan Al Sunnah sebagai sumber utama minhaj Robbani ini.
Di samping itu, kita pun tak akan sukses melaksanakan minhaj Robbani apabila kemampuan kaum Muslimin berinteraksi dengan waqi'ul umat (kenyataan umat) masih lemah seperti sekarang ini. Umat Islam tetap akan menjadi buih yang diombang-ambingkan gelombang kian kemari disebabkan inti kekuatan Islam itu sendiri belum mereka miliki. Dalam kondisi seperti ini, sudah selayaknya setiap lapisan umat memiliki isti'ab dalam membaca berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi umat Islam secara cermat dengan sudut pandang yang Robbani, dan terhindar dari issu semasa yang dapat membuat arah da'wah keluar dari asholah (orisinalitas).
Para Aktivis Da'wah bertugas untuk menyadarkan seluruh kaum Muslimin agar tetap menjunjung tinggi li'ila-i kalimatillah, sebagai satu-satunya tujuan perjuangan. Firman Allah: “Dan perangilah mereka sehingga tiada fitnah lagi dan bahwa ketundukkan itu sepenuhnya hanya bagi Allah. Dan jika mereka berhenti, maka tiada permusuhan kecuali bagi orang-orang yang zhalim". (AI Baqarah: 193) Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai RasuluIlah, seseorang berperang karena harta rampasan dan seseorang berperang karena ingin disebut berani (syaja'ah). Manakah di antara keduanya yang fi sabilillah?" RasuluIlah Saw. menjawab, "Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah itu tinggi, maka itulah yang fi sabilillah".
Keterangan ayat dan hadits di atas jelas menunjukkan di mana pijakan kita dalam arus perubahan yang hendak kita buat...
Setiap Harokah Islamiyah sejak semula hendaknya menyadari sepenuhnya bahwa qodhiyah kubro yang dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah AI Wala Wal Baro'. Yaitu persoalan belum tegaknya Kedaulatan Allah di hati umat Islam itu sendiri, atau persoalan Mulkiyatullah dengan segala konsekuensinya. Persoalan lain di tengah-tengah umat yang dihadapi Harokah Islamiyah akan bertumpu kepada masalah utama ini.
Karena itu, bila persoalan ini belum kita wujudkan sebagai issu sentral di tengah-tengah masyarakat, perubahan belum akan berjalan secara mendasar. Perubahan yang ada hanyalah riak kecil yang tidak berarti bagi gerakan Islam. Apalagi dalam perubahan ini kita tidak memiliki peranan selain sebagai objek.
Mengantisipasi Momentum Perubahan
Perkembangan kondisi masyarakat dan perubahan sosial yang akan terjadi seringkali membuat para Aktivis Da'wah terangsang untuk tampil di saat yang belum diperlukan (bisa jadi euforia). Mereka terjebak dengan kondisi yang dibentuk lawan untuk mengelabui masyarakat.... Sedangkan di sisi lain, kekuatan penunjang bagi tampilnya gerakan tersebut belum cukup memadai.
Ini bukan berarti da'wah tidak menunjukkan seruannya yang utama. Kita rneyakini, da'wah harus ditampilkan secara terang-terangan kepada seluruh umat manusia. Tapi, penataan mutlak diperlukan. Dengan kata lain, keinginan untuk memperluas jaringan da'wah zhohirah jangan sampai rnelemahkan soliditas tatanan gerakan da'wah itu sendiri. Hendaknya dipertimbangkan secara proporsional dan matang unsur-unsur dalam melakukan perubahan itu sendiri.
Ashabul Kahfi bersembunyi di gua untuk menata kekuatan da'wah. Kekuatan itu sendiri tampak secara jelas di permukaan sesuai dengan Firman Allah: "Dan Kami teguhkan atas hati-hati mereka ketika para pemuda itu berseru, Robb kami adalah Robb langit dan bumi, kami tidak akan menyeru siapa pun selain daripada-Nya sebagai sembahan. Kalu kami melakukan yang demikian tentu kami telah melakukan kesalahan yang fatal". (Al Kahfi: 13)
Namun dimanakah aktivitas gerakan itu sendiri diatur dan dikelola menjadi hal yang ghaib bagi musuh-musuh mereka saat itu.
Setiap momentum perubahan di tengah masyarakat merupakan peluang emas bagi berbagai pihak, baik yang haq ataupun bathil untuk menunjukkan kekuatan dirinya. Apakah yang dapat dilakukan gerakan Islam bila ia menghadapi tantangan seperti itu, jawabannya adalah, "Raihlah kesempatan untuk meningkatkan kemampuan para kader Harokah Islam... Dengan tidak terjebak manuver politik kekuatan yang ingin memanfaatkan situasi dan kondisi seperti itu". Namun meraih kesempatan ini sendiri hendaknya dilakukan secara cermat dan penuh perhitungan. Sebab, gerakan da'wah tidak boleh terpancing issu semasa yang akan menggemboskan kekuatannya untuk menghadapi masa depan yang lebih menantang.
Globalisasi bagaikan buah simalakama bagi para penganjurnya (Amerika dan sekutunya). Kecanggihan pers dan publikasi akan membuat tercampur aduknya budaya manusia. Di saat seperti itu, tak akan satu ideologi pun yang bertahan selain Islam. Islam dengan konsepsi hidup rahmatan lil 'alamin siap mengantisipasi perubahan dunia ini.
Sebagai bukti, berbagai konsepsi bumi semakin menunjukkan kelemahannya menghadapi issu globalisasi yang kian merebak. Ibarat mobil yang kehabisan bensin, kekuatan sistem-sistem jahiliyah ini akan sirna dengan sendirinya, sedangkan Islam belum lagi menunjukkan kekuatannya. Maka di muka bumi kelak akan tumbuh dua front besar (yang menurut Samuel Hutington disebut benturan peradaban) yaitu, Darul Kufur dengan jahiliyah-nya melawan Darul Islam dengan Islam sebagai pegangannya. Inilah yang merupakan prioritas kerja kita saat ini, yaitu membangun sebuah peradaban Islam masa depan yang gemilang.
"Katakanlah, yang benar telah datang dan kebathilan akan lenyap. Sesungguhnya kebathilan itu sesuatu yang pasti lenyap". (Al Israa: 81)
Tidak dapat dipungkiri bahwa benturan dalam membangun aktivitas ini tentu akan muncul, namun bukan berarti kita dengan sengaja berupaya menghadapi lawan secara frontal. Husein bin Ali Jabir dalam kitabnya "Ath Thoriq ila Jamaatil Muslimin" menyebutkan bahwa salah satu ciri periode Makkah adalah "al ibti'aad an saahatil ma'rakah". Tanpa menghindar dari ibtilaa yang Allah berikan, karena sesungguhnya berbagai ujian fisik yang dihadapi para aktivis harokah merupakan bagian dari pembinaan mereka dalam membangun Darul Islam. Jadi, prioritas untuk mewujudkan Darul Islam yang syamilah hendaknya mendapatkan tempat di hati para pakar dan aktivis gerakan Islam di seluruh dunia dalam menghadapi era mendatang.
Berbagai kejadian di tengah masyarakat dewasa ini mulai menampakkan betapa pentingnya peranan juru da'wah atau para Muharik di tengah masyarakat. Kaum Muslimin di seluruh dunia semakin menyambut gerakan Islam dan memberi dukungan yang meluas. Mereka yang mengikuti fitrahnya menyadari bahaya serangan Darul Kufur beserta konco-konconya yang semakin mengganas. Tinggal lagi bagaimana langkah-langkah harokah Islamiyah agar senantiasa berada para rel minhaj Robbani dalam rangka membimbing umat mewujudkan Darul Islam.
Gerakan Islam hendaknya senantiasa berjalan sesuai dengan Sunatullah. Ia mengikuti rencana Allah dalam melakukan perubahan di tengah umat. Sunatullah menunjukkan bahwa sesuatu yang berlangsung di luar hukum Allah akan melahirkan berbagai pengaruh buruk yang merugikan. Kematangan para aktivis harokah merupakan saat yang akan terjadi dengan sendirinya, apabila kita merencanakan dan memprogram kemunculan Darul Islam secara manhaji.
Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayati 'I-Mustadz'afin
Umat Islam sebagai salah satu kekuatan masyarakat, saat ini harus diakui belum lagi mampu menunjukkan dirinya sebagai fa'il bagi gejolak perubahan di tengah-tengah masyarakat. Bahkan berbagai kalangan politis saat ini sibuk memanfaatkan kaum Muslimin untuk mencapai tujuan politis mereka.
Kita tahu, setiap kali akan ada suksesi di berbagai negeri mayoritas Muslimin seringkali diiringi para punakawan politik negeri-negeri itu melalui rekruiting massa yang intensif. Berbagai pendekatan pun dilakukan agar hati umat mekar dan mendukung kepemimpinan mereka.
Sayangnya, sebagian besar umat kita benar-benar terbius dengan manuver politik yang licik itu, bahkan menganggap hal itu sebagai upaya untuk menumbuhkan perubahan bagi nasib umat Islam di masa depan. Fatamorgana demokrasi.
Sesungguhnya, perubahan umat hanya dapat dilakukan dengan minhaj yang benar. Minhaj yang mana telah diwariskan Rasulullah kepada kita dalam bentuknya yang orisinil, tanpa perubahan. Namun, kita tentu tidak akan mampu melaksanakan minhaj ini apabila belum mampu berinteraksi dengan Al Qur-an dan Al Sunnah sebagai sumber utama minhaj Robbani ini.
Di samping itu, kita pun tak akan sukses melaksanakan minhaj Robbani apabila kemampuan kaum Muslimin berinteraksi dengan waqi'ul umat (kenyataan umat) masih lemah seperti sekarang ini. Umat Islam tetap akan menjadi buih yang diombang-ambingkan gelombang kian kemari disebabkan inti kekuatan Islam itu sendiri belum mereka miliki. Dalam kondisi seperti ini, sudah selayaknya setiap lapisan umat memiliki isti'ab dalam membaca berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi umat Islam secara cermat dengan sudut pandang yang Robbani, dan terhindar dari issu semasa yang dapat membuat arah da'wah keluar dari asholah (orisinalitas).
Para Aktivis Da'wah bertugas untuk menyadarkan seluruh kaum Muslimin agar tetap menjunjung tinggi li'ila-i kalimatillah, sebagai satu-satunya tujuan perjuangan. Firman Allah: “Dan perangilah mereka sehingga tiada fitnah lagi dan bahwa ketundukkan itu sepenuhnya hanya bagi Allah. Dan jika mereka berhenti, maka tiada permusuhan kecuali bagi orang-orang yang zhalim". (AI Baqarah: 193) Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai RasuluIlah, seseorang berperang karena harta rampasan dan seseorang berperang karena ingin disebut berani (syaja'ah). Manakah di antara keduanya yang fi sabilillah?" RasuluIlah Saw. menjawab, "Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah itu tinggi, maka itulah yang fi sabilillah".
Keterangan ayat dan hadits di atas jelas menunjukkan di mana pijakan kita dalam arus perubahan yang hendak kita buat...
Setiap Harokah Islamiyah sejak semula hendaknya menyadari sepenuhnya bahwa qodhiyah kubro yang dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah AI Wala Wal Baro'. Yaitu persoalan belum tegaknya Kedaulatan Allah di hati umat Islam itu sendiri, atau persoalan Mulkiyatullah dengan segala konsekuensinya. Persoalan lain di tengah-tengah umat yang dihadapi Harokah Islamiyah akan bertumpu kepada masalah utama ini.
Karena itu, bila persoalan ini belum kita wujudkan sebagai issu sentral di tengah-tengah masyarakat, perubahan belum akan berjalan secara mendasar. Perubahan yang ada hanyalah riak kecil yang tidak berarti bagi gerakan Islam. Apalagi dalam perubahan ini kita tidak memiliki peranan selain sebagai objek.
Mengantisipasi Momentum Perubahan
Perkembangan kondisi masyarakat dan perubahan sosial yang akan terjadi seringkali membuat para Aktivis Da'wah terangsang untuk tampil di saat yang belum diperlukan (bisa jadi euforia). Mereka terjebak dengan kondisi yang dibentuk lawan untuk mengelabui masyarakat.... Sedangkan di sisi lain, kekuatan penunjang bagi tampilnya gerakan tersebut belum cukup memadai.
Ini bukan berarti da'wah tidak menunjukkan seruannya yang utama. Kita rneyakini, da'wah harus ditampilkan secara terang-terangan kepada seluruh umat manusia. Tapi, penataan mutlak diperlukan. Dengan kata lain, keinginan untuk memperluas jaringan da'wah zhohirah jangan sampai rnelemahkan soliditas tatanan gerakan da'wah itu sendiri. Hendaknya dipertimbangkan secara proporsional dan matang unsur-unsur dalam melakukan perubahan itu sendiri.
Ashabul Kahfi bersembunyi di gua untuk menata kekuatan da'wah. Kekuatan itu sendiri tampak secara jelas di permukaan sesuai dengan Firman Allah: "Dan Kami teguhkan atas hati-hati mereka ketika para pemuda itu berseru, Robb kami adalah Robb langit dan bumi, kami tidak akan menyeru siapa pun selain daripada-Nya sebagai sembahan. Kalu kami melakukan yang demikian tentu kami telah melakukan kesalahan yang fatal". (Al Kahfi: 13)
Namun dimanakah aktivitas gerakan itu sendiri diatur dan dikelola menjadi hal yang ghaib bagi musuh-musuh mereka saat itu.
Setiap momentum perubahan di tengah masyarakat merupakan peluang emas bagi berbagai pihak, baik yang haq ataupun bathil untuk menunjukkan kekuatan dirinya. Apakah yang dapat dilakukan gerakan Islam bila ia menghadapi tantangan seperti itu, jawabannya adalah, "Raihlah kesempatan untuk meningkatkan kemampuan para kader Harokah Islam... Dengan tidak terjebak manuver politik kekuatan yang ingin memanfaatkan situasi dan kondisi seperti itu". Namun meraih kesempatan ini sendiri hendaknya dilakukan secara cermat dan penuh perhitungan. Sebab, gerakan da'wah tidak boleh terpancing issu semasa yang akan menggemboskan kekuatannya untuk menghadapi masa depan yang lebih menantang.
Globalisasi bagaikan buah simalakama bagi para penganjurnya (Amerika dan sekutunya). Kecanggihan pers dan publikasi akan membuat tercampur aduknya budaya manusia. Di saat seperti itu, tak akan satu ideologi pun yang bertahan selain Islam. Islam dengan konsepsi hidup rahmatan lil 'alamin siap mengantisipasi perubahan dunia ini.
Sebagai bukti, berbagai konsepsi bumi semakin menunjukkan kelemahannya menghadapi issu globalisasi yang kian merebak. Ibarat mobil yang kehabisan bensin, kekuatan sistem-sistem jahiliyah ini akan sirna dengan sendirinya, sedangkan Islam belum lagi menunjukkan kekuatannya. Maka di muka bumi kelak akan tumbuh dua front besar (yang menurut Samuel Hutington disebut benturan peradaban) yaitu, Darul Kufur dengan jahiliyah-nya melawan Darul Islam dengan Islam sebagai pegangannya. Inilah yang merupakan prioritas kerja kita saat ini, yaitu membangun sebuah peradaban Islam masa depan yang gemilang.
"Katakanlah, yang benar telah datang dan kebathilan akan lenyap. Sesungguhnya kebathilan itu sesuatu yang pasti lenyap". (Al Israa: 81)
Tidak dapat dipungkiri bahwa benturan dalam membangun aktivitas ini tentu akan muncul, namun bukan berarti kita dengan sengaja berupaya menghadapi lawan secara frontal. Husein bin Ali Jabir dalam kitabnya "Ath Thoriq ila Jamaatil Muslimin" menyebutkan bahwa salah satu ciri periode Makkah adalah "al ibti'aad an saahatil ma'rakah". Tanpa menghindar dari ibtilaa yang Allah berikan, karena sesungguhnya berbagai ujian fisik yang dihadapi para aktivis harokah merupakan bagian dari pembinaan mereka dalam membangun Darul Islam. Jadi, prioritas untuk mewujudkan Darul Islam yang syamilah hendaknya mendapatkan tempat di hati para pakar dan aktivis gerakan Islam di seluruh dunia dalam menghadapi era mendatang.
Berbagai kejadian di tengah masyarakat dewasa ini mulai menampakkan betapa pentingnya peranan juru da'wah atau para Muharik di tengah masyarakat. Kaum Muslimin di seluruh dunia semakin menyambut gerakan Islam dan memberi dukungan yang meluas. Mereka yang mengikuti fitrahnya menyadari bahaya serangan Darul Kufur beserta konco-konconya yang semakin mengganas. Tinggal lagi bagaimana langkah-langkah harokah Islamiyah agar senantiasa berada para rel minhaj Robbani dalam rangka membimbing umat mewujudkan Darul Islam.
Gerakan Islam hendaknya senantiasa berjalan sesuai dengan Sunatullah. Ia mengikuti rencana Allah dalam melakukan perubahan di tengah umat. Sunatullah menunjukkan bahwa sesuatu yang berlangsung di luar hukum Allah akan melahirkan berbagai pengaruh buruk yang merugikan. Kematangan para aktivis harokah merupakan saat yang akan terjadi dengan sendirinya, apabila kita merencanakan dan memprogram kemunculan Darul Islam secara manhaji.
Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayati 'I-Mustadz'afin
Http://empiris-homepage.blogspot.com
Email : empiris49@yahoo.com
Maillist: Http://groups.yahoo.com/group/empiris49
Post A Comment:
0 comments:
Bro, ekspresikan ruhul jihad mu !!!