1. Menang Tanpa
Bertempur
Seorang jenderal perang legendaris dari zaman Tiongkok
kuno bernama Sun Tzu, dalam buku karangannya
yang berjudul "The Art Of War" menuliskan hal berikut: "Seratus kemenangan dalam
seratus pertempuran bukanlah keterampilan
militer yang hebat. Namun menundukan kekuatan lawan tanpa pertempuran barulah kekuatan militer yang
hebat"
Inilah salah satu strategi yang dilakukan oleh Muhammad
SAW. Ambil contoh dalam perang Khandaq, tanpa melakukan perang terbuka yang
menguras tenaga, pasukan koalisi Quraisy-Yahudi saling curiga satu sama lain
sehingga melemahkan kekuatan mereka.
Adalah Nu'aim bin mas'ud, sosok protagonis dalam perang
ini. Diutus oleh Rasululloh SAW untuk menyelinap kedalam tentara koalisi.
Sosoknya yang merupakan alumni Perang Ghatafan, mempermudah dirinya untuk
berbaur untuk mengadu domba Quraisy-Yahudi Bani Quraizah.
Lalu perang lain yang dimenangkan oleh Muhammad SAW tanpa
pertempur adalah Fathul Mekkah. Dengan strategi pengepungan Kota Mekkah dari empat penjuru yang masing-masing
sayapnya dipimpin oleh Rasululloh SAW sendiri, Abu Ubaidah, Zubair bin Awam dan
Khalid bin Walid, untuk pertama kalinya kaum Quraisy yang terkenal sebagai kabilah
terkuat di Jazirah Arab menyerah tak berkutik.
Para sejarawan menyamakan, jatuhnya Mekkah ketangan
pasukan muslim dengan jatuhnya imperium romawi barat (bukan Byzantium), dan jatuhnya Berlin ketangan musuh-mush
Hitler.
Dengan metode ini, Nabi berhasil mematahkan teori perang
kuno, bahwa untuk menaklukan suatu daerah atau wilayah harus melancarkan serangan militer dengan teknik
penghancuran dan pembunuhan besar-besaran dengan kerugian fisik dan ekonomi
yang tinggi. Bahkan sampai harus melakukan genosida dalam suatu wilayah dengan
alasan agar tidak ada keturunannya yang akan membalas dendam.
Dengan strategi efektif ala Nabi SAW, kerugian bisa
diminimalisir dan keuntungannya selain harta rampasan perang yang berlimpah,
ini menunjukan kekaguman dari para musuh bahwa betapa agung dan luhurnya jiwa
prajurit muslim dan SOLUSI ISLAM membuat para orang-orang di wilayah yang
dibebaskan berbondong-bondong masuk islam.
2. Minimalisir Jumlah
Korban
Dalam setiap peperangan, jatuhnya korban jiwa adalah hal
yang sanga sulit dihindari. Bahkan dianggap lumrah dan wajar, karena korban
memang dibutuhkan untuk mencapai sebuah kemenangan. Namun, sekali lagi,
Muhammad SAW dengan segala kecerdasan dan kebijaksanaannya berhasil mematahkan
teori itu.
Percayakah anda dengan fakta berikut?
Selama 23 tahun menjalankan misi risalah, Rasulullah SAW
mengalami sembilan kali peperangan besar dan 53 kali ekspedisi militer, dan selama
sepuluh tahun peperangan tersebut, jumlah korban yang jatuh dari kedua belah
pihak "hanya" mencapai 379 jiwa. Mari bandingkan dengan Perang Dunia
I. Perang yang berlangsung selama empat tahun (1914-1918) total merenggut sekitar
15 juta jiwa. Sedangkan dalam perang dunia kedua (1939-1945) harus merampas 62
juta lebih nyawa manusia.
Inilah perbedaan perang dalam ajaran islam dengan perang
ala orientalis. Menurut beliau, banyaknya jumlah korban jiwa yang jatuh
bukanlah ukuran sebuah kemenangan dalam perang. Karena pada dasarnya tujuan
peperangan dalam islam bukanlah untuk membunuh atau menghabisi musuh dalam arti
yang sesungguhnya, tetapi sebagai bagian dari dakwah islamiyah agar paramusuh
mau memeluk islam. Ini sebagai sangkalan bahwa tuduhan dan fitnah yang
dilontarkan kaum orientalis barat kepada Rasululloh SAW sebagai seorang
pembunuh dan penjahat perang adalah sebuah kebohongan.
Justru dalam suatu kisah pernah diceritakan bahwa
Rasululloh SAW sangat marah kepada beberapa tentara muslim dibawah pimpinan Khalid bin Walid membunuh beberapa
orang dari Bani Judzaimah yang sudah meletakkan senjata dan menyerah. Kejadian
ini sangat disesalkan oleh Rasul SAW sehingga beliau meminta Ali bin Abi Thalib
untuk memberikan diyat atau pengganti kerugian korban.
“Beberapa peristiwa perang yang
dilakukan Rasululloh SAW dalam sejarah penuh dengan semangat, ketaatan,
keuletan, pengorbanan, konsolidasi penuh dari kepemimpinan dan keprajuritan,
dan penuh dengan strategi-strategi yang efektif. Yaitu strategi dalam mengatur
taktik defensif dan ofensif, peta wilayah, politik, ekonomi, psikologi, dan
militer serta visi dan misi yang diemban Rasululloh SAW dalam setiap
peperangan.”
Subhanalloh.. Inilah Rasululloh SAW. Maka tepatlah pula apa yang telah disampaikan oleh sang mujahid SM. Kartosoewirjo bahwa:
"Tiap-tiap pemuka dan penganjur perjuangan sadar dan insaf, mengerti
dan mengetahui, bahwa untuk mencapai sesuatu CITA-CITA atau ideologi,
harus dan wajib dilakukan taktik dan dibuat sikap perjuangan yang tepat,
dengan mengingati keadaan masa (waktu) dan keadaan masyarakat.
Pemimpin yang ulung dan bijaksana dalam perjuangan, tidaklah mudah
menggerakkan kaki dan tangan, bibir dan penanya, hanya “asal berjuang
saja”. Tetapi tiap-tiap gerak dan langkahnya harus bersandarkan kepada
“perhitungan yang pasti”...." (SM. Kartosoewirjo : Haluan Politik Islam)
Post A Comment:
0 comments:
Bro, ekspresikan ruhul jihad mu !!!