Kampus adalah sarana pendidikan yang berfungsi mencetak generasi masa depan bangsa. Par excellence, Kampus mengemban misi pencerahan kemanusiaan yang substansial dan peranan strategis yang signifikan dalam rekadaya bangsa di masa depan. Karenanya kampus harus memiliki atmosfer akademis yang kondusif bagi proses transimisi dan interaksi ilmiah. Sekaligus harus berkemampuan menjadi kawah ‘candradimuka’ dalam penempaan etika dan moralitas para mahasiswa-nya.
Dus, sistem dan kultur kampus harus dapat menjadi ruang publik bagi penemuan kebenaran akademis yang sejati secara massif. Atas dasar itu, kampus harus membebaskan diri dari segala bentuk kebenaran semu dan manifulatif, beserta kompleksitas prosesnya. Dalam konteks itu, upaya penyelenggaraan aktivitas politik praktis di kampus-kampus akan beradampak antagonistik terhadap atmosfer akademik. Karena kebenaran politik adalah bersifat semu, dan hanya bergantung pada konsensi serta hasil pertarungan aktor pelakunya. Berbanding terbalik dengan kebenaran akademis yang didasarkan pada penalaran ilmiah. Oleh karena itu penetrasi kepentingan politik-praktis terhadap kampus dipastikan akan berakibat pada terseretnya kebenaran-kebenaran akademis oleh kebenaran politis yang direproduksi oleh institusi-institusi politik.
Bahwa menjadikan kampus, sebagai arena pertarungan kepentingan politik praktis akan mengakibatkan terpecah belahnya kekuatan mahasiswa sebagai sosial kontrol dan teraborsinya gerakan moral mahasiswa.
Atas dasar itu, EPISENTRUM PENGKAJIAN ISLAM DAN RISET SOSIAL (EMPIRIS) MENYATAKAN:
MENOLAK TEGAS segala bentuk penetrasi kepentingan, kegiatan, maupun pemanfaatan fasilitas kampus, untuk kepentingan PARTAI POLITIK manapun.
MENYERUKAN KEPADA ‘MASYARAKAT KAMPUS’ untuk melakukan pemboikotan dan pengusiran terhadap segala bentuk aktivitas kepartaian di kampus-kampus.
MENGHIMBAU KEPADA ‘KAUM MAHASISWA’ untuk melakukan penolakan terhadap penetrasi kepentingan Parpol secara massif, dengan segala bentuk instrumen (birokrasi kampus) dan kelengkapan propagandis Parpol.
MENDESAK KEPADA ‘PARA ELIT POLITIK’ untuk tidak melakukan siasat macam apapun agar dapat menancapkan kekuasaan hegemonik-tiraniknya ke tengah-tengah masyarakat kampus.
Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayaati L-Mustad’afin
Salam,
EPISENTRUM PENGKAJIAN ISLAM DAN RISET SOSIAL(EMPIRIS)
Dus, sistem dan kultur kampus harus dapat menjadi ruang publik bagi penemuan kebenaran akademis yang sejati secara massif. Atas dasar itu, kampus harus membebaskan diri dari segala bentuk kebenaran semu dan manifulatif, beserta kompleksitas prosesnya. Dalam konteks itu, upaya penyelenggaraan aktivitas politik praktis di kampus-kampus akan beradampak antagonistik terhadap atmosfer akademik. Karena kebenaran politik adalah bersifat semu, dan hanya bergantung pada konsensi serta hasil pertarungan aktor pelakunya. Berbanding terbalik dengan kebenaran akademis yang didasarkan pada penalaran ilmiah. Oleh karena itu penetrasi kepentingan politik-praktis terhadap kampus dipastikan akan berakibat pada terseretnya kebenaran-kebenaran akademis oleh kebenaran politis yang direproduksi oleh institusi-institusi politik.
Bahwa menjadikan kampus, sebagai arena pertarungan kepentingan politik praktis akan mengakibatkan terpecah belahnya kekuatan mahasiswa sebagai sosial kontrol dan teraborsinya gerakan moral mahasiswa.
Atas dasar itu, EPISENTRUM PENGKAJIAN ISLAM DAN RISET SOSIAL (EMPIRIS) MENYATAKAN:
MENOLAK TEGAS segala bentuk penetrasi kepentingan, kegiatan, maupun pemanfaatan fasilitas kampus, untuk kepentingan PARTAI POLITIK manapun.
MENYERUKAN KEPADA ‘MASYARAKAT KAMPUS’ untuk melakukan pemboikotan dan pengusiran terhadap segala bentuk aktivitas kepartaian di kampus-kampus.
MENGHIMBAU KEPADA ‘KAUM MAHASISWA’ untuk melakukan penolakan terhadap penetrasi kepentingan Parpol secara massif, dengan segala bentuk instrumen (birokrasi kampus) dan kelengkapan propagandis Parpol.
MENDESAK KEPADA ‘PARA ELIT POLITIK’ untuk tidak melakukan siasat macam apapun agar dapat menancapkan kekuasaan hegemonik-tiraniknya ke tengah-tengah masyarakat kampus.
Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayaati L-Mustad’afin
Salam,
EPISENTRUM PENGKAJIAN ISLAM DAN RISET SOSIAL(EMPIRIS)
Tolak juga kampanye partai politik di semua tempat :D
BalasHapusNgapain kita capek-capek nolak, biarin aja. Tolak nggak ditolak juga PEMILU pasti berjalan... kan Thoghut tentaranya banyak!!! Ntar ngabisin energi untuk insan harokah yang masih concern dengan perlawanan senjata dan perang.
BalasHapusYang terpenting bagi insan harokah sejati buang jauh-jauh dari pikiran dan hati kita.. (ANGGAP SAJA DALAM BENAK KITA TAK PERNAH ADA PEMILU...). Toh saya yakin insan harokah sejati pasti bukan warga negara RI, dan saya yakin kita semua yang masih setia kepada risalah MUHAMMAD tetap berusaha untuk mendirikan sebuah sistem MULKIYAH di negeri ini. Amin.
PESTA PEMILU...KALIMAT ITU TIDAK PERNAH ADA DALAM PIKIRIN SAYA!!!
PERSATUAN JAMAAH, KONSOLIDASI MASSIF ANTAR INSAN HAROKAH, MENGGEMPUR NEO-QURAISY NEGERI INI...ITU KALIMAT AGUNG BAGI SAYA!!!
Salam,
nurdin.muh@smart-telecom.co.id.
salam kenal mbak......
BalasHapusIlmu politik boleh dipeljari termasuk didalamnya ttg kampanye.
kalo aktifitas kampanye bukanlah "ilmu" yang dibutuhkan oleh kampus
apalagi rawan akan konflik, dll
bersihkan kampus dari politik praktis.
hehehehe
Mau Kampanye, Mau Kampungan, Tetap bagiku hanya ada satu kamp yaitu kamp Mujahidin...tetap semngat demi Falah Wa Fatah
BalasHapusTapi masyarakat juga harus tahu tentang partai dan para kandidat. Untuk itu perlu ada sosialisasi, walaupun tidak dalam bentuk kampanye
BalasHapus