A. Kumpulan
Ideologi Yang Bertentangan
Sesuai
dengan namanya, Republik Indonesia adalah sebuah negara dengan bentuk Republik.
Sebuah pemerintahan yang didalamnya disertakan rakyat sebagai penguasa
tertinggi melalui perwakilannya. Konsep republik telah digunakan sejak berabad
lamanya dengan republik yang paling terkenal yaitu Republik Roma, yang bertahan
dari 509 SM hingga 44 SM. Akan tetapi Republik bukanlah Demokrasi. Meski secara
esensi hampir sama, demokrasi lebih cenderung kepada rule of the game, sistem
dan kode etik dimana rakyat (sebagai elemen dengan komunitas terbanyak) adalah
komponen yang berkuasa. Sedangkan Republik lebih cenderung kepada pola sistem
politik tata negara.
Di abad
modern ini pada akhirnya keduanya (Republik dan Demokrasi) menjadi
jargon-jargon politik untuk meninabobokan rakyat dan para pengikut dari
penguasa atau yang ingin berkuasa. Setelah hampir seluruh Dunia pada abad
pertengahan hingga abad 18 dikuasai oleh kerajaan yang berpola kekuasaan
paternalistik keluarga dan trah keturunan, maka muncul negara-negara baru yang
mendobrak model monarki menjadi model kekuasaan yang tidak didasari oleh darah
dan keturunan. Dan Revolusi Amerika (1775–1783) merupakan awal munculnya negara
non monarki di abad modern dan dilanjutkan oleh Revolusi Perancis 5 tahun
kemudian. Penguasa baru dari kedua Revolusi tersebut sama, yaitu menggunakan
jargon Republik atau Demokrasi dalam mengimingi rakyat agar ikut memberontak
terhadap rezim lama (monarki) dan membantu mereka (penguasa baru) agar
berkuasa, meski pada dasarnya tidaklah menjadikan kehidupan mereka (rakyat)
akan menjadi sejahtera, tetapi hal itu cukup memberi harapan baru bagi rakyat
yang selalu berharap kehidupannya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Karl Marx
murid dari Hegel filsuf dialektik, memunculkan ide baru yang lebih radikal pada
abad 19 awal. Pemahaman Demokrasi yang mutlak harus di tangan rakyat dengan
tanpa kelas dan perbedaan (yang saat itu paska Revolusi Perancis muncul kelas
penguasa baru : Borjuis, sebagai penguasa kaum kapitalis/behave). Ide Karl Marx
yang lebih populer dengan Komunis (dari bukunya Communist Manifesto’ (1848))
menjadi jargon baru dan dipelajari oleh hampir seluruh pelajar di seluruh Dunia
termasuk Indonesia. Ide tatanan Dunia Baru tanpa kelas menjadi harapan utopia
bagi rakyat di dunia yang terjajah ratusan tahun, dan Indonesia menjadi tempat
tersubur di bagian Asia Timur untuk ideologi baru ini.
Maka Abad 19
(tahun 1900-an) di Indonesia mengkerucutlah beberapa pemahaman yang kemudian
akan mendasari ideologi politik negara pada saat berdirinya Republik Indonesia
1945. Selain hasil dari tiga revolusi dunia (Revolusi Amerika, Revolusi
Perancis, Revolusi Industri) yaitu Kapitalisme dan hasil dari antitesis-nya
yaitu Komunisme, di Indonesia berkembang kebangkitan lokal yang didasari oleh
hegemoni dan kejayaan kerajaan masa lalu (sebelum penjajah dari dunia barat
masuk ke Indonesia) mereka kemudian menjadi cikal bakal ideologi Nasionalisme.
Dan yang terakhir adalah efek dari Pan Islamisme setelah Kekhalifahan Islam
hancur di Turki yang mulai mempengaruhi kebangkitan kaum santri (intelektual
islam). Maka pada masa Pra Kemerdekaan RI terdapat beberapa ideologi utama yang
paling banyak mempengaruhi masyarakat di Indonesia, diantaranya adalah :
- Sosialisme
Barat. Pemahaman yang didasari oleh keberpihakan kepada rakyat banyak
dengan paradigma Koorperasi dan Demokrasi. Diawali dengan dampak negatif
dari Revolusi Industri dimana kekuasaan ekonomi hanya dimiliki oleh
beberapa gelintir orang maka memunculkan pemahaman pengantisipasian bahwa
seharusnya perekonomian itu dikuasai oleh masyarakat banyak dan dinikmati
oleh mereka. Ideologi ini diwakili oleh Partai Sosialis Indonesia dan
Sutan Syahrir serta Muhammad Hatta sebagai Leader.
- Marxisme.
Karl Marx yang merupakan ideolog berpengaruh di abad 19 berhasil
memunculkan ide-ide yang diminati terutama oleh masyarakat yang ditekan
oleh suatu rezim dalam bentuk apapun. Idenya berhasil menjadi inspirasi
Revolusi Bolsvik di Rusia juga Revolusi Merah di China. Di Indonesia Marxisme
memunculkan beberapa varians yang ditimbulkan oleh interaksi dan
kolaborasi ideologi dengan yang lain. Diantaranya adalah :
- Marxisme,
ideologi yang masih murni berdasarkan idea-idea Karl Marx, berupa
Internasional Sosialisme, pemahaman membentuk tata dunia baru dengan
memerataan ekonomi sosialis tidak berdasarkan Kapitalisme (capital
paradigm) dengan kekuasaan di tangan rakyat. Ideologi ini diwakili oleh
Partai Murba dengan Tan Malaka sebagai Leader.
- Marxisme
Leninisme (Komunisme), Ideologi Komunisme merupakan varians terkuat dari
Marxisme setelah keberhasilan Lenin dalam Revolusi Bolsvik di Rusia,
perbedaan utama dari Komunisme dengan Marxisme adalah tentang Sistem
Politik, dimana kekuasaan diwakili oleh Partai Tunggal sebagai manifestasi
kekuasaan Rakyat, dan seluruh partai di Dunia harus terpusat ke Moskow
sebagai pusat kekuasaan rakyat dunia (Pada tahun 50-akhir mereka terpecah
setelah munculnya varians baru yaitu Maoisme di Cina yang menolak bepusat
ke Moskow). Ideologi ini memunculkan Partai Komunis Indonesia dengan
Semaun sebagai Leader.
- Marhaenisme,
Soekarno sebagai seorang nasionalis yang fanatic melihat bahwa kelemahan
Nasionalisme murni adalah fisi Internasionalisme, hal ini menjadikan
soekarno untuk berkolaborasi ideologi dengan yang mempunyai fisi
Internasional, diantara 4 ideologi dasar yang ada (Islam, Sosialis
Marxisme, Sosialisme Barat, Kapitalisme) soekarno cenderung kepada
Marxisme, dimana jiwa pemberontakannya sebagai kaum terjajah dapat
tersalurkan (sesuai dengan teori class struggle) maka akhirnya Soekarno
membentuk ideologi baru yang disebut Marhaenisme, gabungan antara
Nasionalisme dan Marxisme, Soekarno mengistilahkan Het in Indonesie
Marxizm. Ideologi ini diwakili Partai Nasionalis Indonesia.
- Islam.
Ideologi rakyat pada umumnya sebelum penjajah datang adalah Islam. Islam
sendiri di Indonesia secara culture sociologic terbagi menjadi dua
golongan yaitu Tradisional/konservatif dan Moderat. Perbedaan keduanya
adalah dalam hal paradigma aplikasi hukum. Dimana Islam Tradisi bersenyawa
dengan kultur asli Indonesia sebelum Islam datang, yang sebelumnya
bersenyawa dengan kultur si pembawa risalah (tradisi India, Persia, Arab,
dll). Sedangkan islam Moderat cenderung melakukan pembaharuan tradisi yang
disesuaikan dengan hukum yang berlaku saat Rosulullah membawa risalah yang
kemudian dilanjutkan oleh para sahabat dan tabi’in (salaf). Secara
Ideologi Politik mereka terpecah menjadi dua golongan, yang pertama
menyatukan seluruh kerangka politik (social, ekonomi, hukum, budaya)
berdasarkan Syariat/hukum Islam, yang kedua memisahkan antara paradigm
politik dan agama/keyakinan terutama didalam syariat/hukum secara politik
dan sosial. Islam secara Ideologi Politik diwakili oleh Partai Masyumi dan
PSII, sedangkan Islam secara tradisi (golongan ini mengatasnamakan dirinya
sebagai Islam Kebangsaan) diwakili oleh Partai NO (Nahdlatul Oelama).
Ketiga
Ideologi ini secara prinsip dasar sangat berbeda dan saling bertentangan, hal
ini menjadikan Republik Indonesia dari awal berdirinya hingga rezim Soekarno
jatuh tidak pernah berhenti dari konflik politik berdarah. Mereka konflik bukan
hanya antar ideology dasar tetapi antar varians pun mereka kerap kali terjadi
pertentangan-pertentangan politik dan kepentingan. Perubahan radikal terjadi
paska tumbangnya rezim Soekarno. Dibawah kekuasaan Diktator Soeharto akses
kebebasan berpolitik ditekan hampir ke titik nadir. Ideology Komunis sebagai
ideologi yang dianggap berbahaya hampir di musnahkan (kecuali Marhaenisme) dan
Islam Politik yang sempat melakukan pemberontakan lewat PRRI/Permesta
dimandulkan hingga tidak banyak mempengaruhi kebijakan politik sentral.
Munculnya
Rezim Soeharto menjadikan peta politik berubah total, dua unsur ideologi besar
(Marxisme dan Islam) mulai tidak berpengaruh digantikan oleh Ideologi
Sosialisme Barat dan Ultra Nasionalis (Nasionalis Kultural) serta Kristen (Ordo
Jesuit) mulai memasuki areal penentuan kebijakan dalam setiap keputusan
politik-sosial-ekonomi. Bahaya Komunis menjadikan kiblat orientasi social
ekonomi berpindah ke barat (Amerika dan Jepang) yang mempunyai Ideologi dasar
Kapitalisme Liberal (yang pada saat Era Soekarno sangat dimusuhi penguasa),
idea-idea kebijakan Ekonomi yang dimotori Prof. Sumitro (Sosialis Barat) dan
idea kebijakan Monopoli oleh Prof. Widjoyonitisastro, kebijakan Politik oleh
CSIS (Ordo Jesuit), sejalan dengan kepentingan-kepentingan barat (Amerika)
dalam kebijakan politik global terutama mengantisipasi lawan utama mereka
Marxisme di Asia Tenggara, terutama sejak kekalahan mereka di Vietnam dan
Kamboja. Serta kebangkitan Ideologi Islam Politik yang mulai bangkit di Timur
Tengah.
Ideologi
Kapitalisme Liberal semakin kuat menguasai Perpolitikan dan Ekonomi di
Indonesia seiring dengan kebutuhan kapital yang sangat besar paska kebangkrutan
ekonomi saat era Soekarno. Jargon Ekonomi Politis yang disebut Repelita
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) dengan jangka panjang selama 25 tahun membuat
Indonesia sangat bergantung kepada Modal Asing dalam tempo yang lama. Kebijakan
tersebut merupakan hasil konspirasi global terselubung dari kepentingan Amerika
untuk mengikat Negara yang akan dijadikan sekutu politik melalui kebergantungan
ekonomi (baca: Capital/Investasi). Dan ketika Soeharto mulai cenderung menjauhi
barat dan Amerika dengan menolak Kapitalisme Liberal di Indonesia serta
mendekat ke Islam dan Cina, maka munculah sebuah konspirasi lainnya dimana Amerika
melalui sekutu utamanya di Indonesia (Sosialis Barat dan Kristen Nasionalis
(ordo Jesuit)) melakukan rekayasa politik untuk menumbangkan rezim militer
(Soeharto) yang dianggap sudah tidak bersahabat lagi. Melalui massa Marhaenis
dan varians Marxis lainnya dibantu oleh Islam Kebangsaan dan Moderat, mereka
melakukan penggembosan politik dan berhasil melakukan Reformasi. Setelah
Reformasi, Republik berhasil merubah tatanan Politik dan Ekonomi hingga lebih
Liberal dan Kapitalistik. Hal ini sebenarnya tidak disadari baik oleh kalangan
Islam dan kalangan Marxis/Marhaenis (yang sama-sama berharap Indonesia lebih
Demokratis dan mampu membuka akses kepentingan mereka). Pada kenyataanya
Indonesia cenderung bersekutu dengan Amerika serta membawa idea Ekonomi Global
berdasarkan Ideologi Kapitalisme Liberal. Dan SBY (Soesilo Bambang Yudojono)
sebagai kader utama mereka (Amerika dan Barat) berhasil dengan gemilang
menguasai perpolitikan Indonesia hanya dalam waktu 5 tahun saja (paska
Reformasi).
Pertarungan
politik di Indonesia tidak akan pernah berhenti, Republik yang dibangun oleh
berbagai Ideologi yang sangat bertentangan ini akan selalu kontra produktif
terhadap kepentingan masyarakat yang paling esensi, yaitu keadilan dan
kesejahteraan. Kapitalisme Liberal yang secara sosiologis berdampak
individualistic akan mengakibatkan gap antar golongan secara vertical dan
horizontal. Reformasi yang tidak didasari suatu gerakan ideologis mengakibatkan
kekuasaan menjadi suatu arena gladiator dari berbagai kekuatan ideologis yang
ada. Hingga yang bersifat individual untuk kepentingan pribadi bukan lagi
menjadi prinsip politik yang aneh. Segala kebijakan akan selalu didasari teori
untung-rugi, sebuah ciri khas ekses dari tatanan yang dibangun berdasarkan
kapitalisme. Sedangkan rakyat akan tetap tergilas oleh jaman. Tetap terpuruk
dan tertindas oleh sistem yang tidak berpihak kepada mereka. Kehancuran moral
telah menjadi tradisi, pemahaman kosmopolis telah dianggap sebagai pandangan
hidup. Dan Republik, rakyat pada dasarnya sudah tidak memperdulikannya lagi.
B. Politik
Semerawut
Republik
Indonesia dibangun dengan dasar absurb ideology yang disebut Pancasila.
Pancasila adalah sebuah rangka universal yang multi tafsir. Oleh seorang
Sosialis Pancasila adalah Sosialisme, oleh seorang Nasionalis Pancasila adalah
Nasionalisme, oleh seorang muslim Pancasila adalah Islam. Maka jadilah Republik
Indonesia ini sebuah Negara yang dibangun dengan fondasi ideologi politik yang
lemah karena ke-absurb-annya. Karena didalamnya terdapat kesemerawutan ideology
yang mengakibatkan kesemerawutan pandangan politik. Sedangkan pandangan politik
akan menentukan kebijakan-kebijakan politis yang didalamnya terdapat
kepentingan hukum, sosial dan ekonomi yang berhubungan dengan rakyat.
Kesemerawutan ini akan mengakibatkan ketidak pastian dan konflik kepentingan.
Dan rakyatlah tentunya yang akan menjadi korban. Kesemerawutan Politik mencapai
klimaksnya ketika paska Reformasi. Dimana para politikus dengan backround
ideologis yang berbeda mencoba memebentuk kebijakan-kebijakan baru yang
bersifat kompromistis. Sehingga setiap kebijakan baru muncul maka
manifestasinya selalu berdampak terhadap terjadinya konflik. Setelah kekuasaan
politik beralih maka kebijakan baru akan muncul menggeser kebijakan lama yang
pada dasarnya belum terealisasi secara optimal. Kebijakan Kompromi adalah
kebijakan murni berorientasi kepada kekuasaan. Jika sebuah kekuasaan tidak
dominan (lemah) maka diperlukan suatu kompromi untuk dapat diterima oleh
seluruh kekuatan politik yang berkoalisi. Sebuah kebijakan kompromi haruslah
menjadi kebijakan karet, dapat ditarik untuk kepentingan kekuasaan/kekuatan
politik manapun, dan harus mampu mengakomodir ideologi manapun. Sehingga ketika
manifestasi kebijakan terjadi, kesemerawutan akan tampak ketika setiap kekuatan
politik membawa misi ideologinya yang pada kenyataanya secara prinsipil sangat
berbeda. Kita dapat lihat implikasinya dalam kebijakan ekonomi makro rezim SBY
yang membawa misi Amerika Kapitalisme Liberal, mendapat reaksi keras dari
Ideolog-ideolog Marhaenis dan Sosialis. Kondisi ini akan terus berlanjut dalam
sebuah Negara dengan Ideologi Absurb dan penuh kompromistis, jangan berharap
muncul sebuah kebijakan politik yang pro rakyat. Dan bagi umat islam, silahkan
berandai-andai. Sambil menunggu sebuah kompromi menjadi konflik, dan
keadilan-kesejahteraan tetap menjadi jargon tanpa hasil.
Kita akan
melihat Republik Indonesia akan senantiasa bertemu sebuah masa dimana Rezim
berganti dengan radikal dan terjadi melalui Political Struggle (bentrokan politis).
Seperti bergantinya Era Soekarno (Marxis) menjadi Era Soeharto (Cultural
Nasionalis) dan berganti lagi menjadi Era Reformasi (Kapitalis Liberal).
Diprediksi dalam waktu yang tidak akan lama lagi Sosialis Barat yang bersekutu
dengan Nasionalis akan kembali menguat sehingga Political Struggle akan kembali
terjadi, dan Republik akan terus semakin semerawut menuju kehancurannya yang
ditunggu-tunggu.
C.
Penjajahan Oleh Bangsa Sendiri
Kemerdekaan
Republik Indonesia adalah hadiah dari Penjajah Belanda (Konferensi Meja Bundar,
1950) hampir seluruh tatanan politik, ekonomi, hukum, militer diwarisi oleh
Belanda. System birokrasi kepemerintahan, system hukum (KUHAP-KUHP), Badan
Usaha Milik Negara, Sistem Parlementer, Sistem Perbankan, Pajak, Pertanahan, Sistem
Pertahanan, dan masih banyak lainnya, seluruhnya lanjutan pola-pola yang
diciptakan oleh Belanda.
Belanda
menciptakan sistem kepemerintahannya di negara-negara jajahan adalah untuk
kepentingan pemerintah Belanda. Paradigma pembentukannya berorientasi kepada
keuntungan birokrat yang notabene sebagai perpanjangan pemerintah pusat di
Belanda. Ketika peralihan kekuasaan terjadi pemerintahan Republik tidak serta
merta merubahnya secara foundamental, meskipun Soekarno selalu melantunkan
jargon-jargon politik berbau Revolusi (bahkan hingga sekarang paska Reformasi
politik). Rakyat, bagi sistem yang dibentuk oleh paradigma penjajahan adalah
tidak lebih sebagai alat dan komoditas. Rakyat hanyalah hitungan angka
statistic sebagai tolak ukur pasar dan keuntungan. Sedangkan rakyat memandang
pemerintahan Republik tidak lebih dari Tuan yang patut ditaati dan dipatuhi
agar senantiasa aman dari tindakan yang lebih buruk lagi. Bagi Rakyat
pemerintahan Belanda, Soekarno, Soeharto, Megawati, SBY, tidaklah jauh berbeda.
Mereka adalah para juragan-juragan yang menyatakan diri sebagai pemilik negeri
ini. Apa bedanya seorang Bule dan Jawa atau Sunda atau Batak atau Padang, jika
pada kenyataannya mereka sama-sama mengambil keuntungan banyak dari Rakyat
dengan bayaran recehan. Mengambil hak-hak Rakyat dengan cara memberikan sesuatu
yang tidak sepadan.
Republik
Indonesia nasibnya akan seperti Majapahit, sebuah kerajaan yang dianggap soko
guru bagi idealisme Negara sebagai tolak ukur kesempurnaan masa lalu. Republik
akan hancur oleh rakyatnya sendiri. Rakyat yang suatu saat nanti tersadarkan,
bahwa Pemerintah mereka tidak lebih dari Penjajah yang memeras mereka tanpa
empati diselimuti retorika dan jargon-jargon utopia.
Dan ketika
kita melihat pada masa kekinian, bahwa Republik Indonesia masih tetap berdiri.
Hal ini disebabkan keyakinan yang berlebihan dari para politikus-politikus yang
disumpal mulut dan hatinya oleh Rupiah dari para Konglomerat, Birokrat Korup,
dan segelintir orang lainnya yang mempunyai kepentingan besar secara individu
untuk mempertahankan kekuasaan dan aset-asetnya. Rakyat masih enggan untuk
menuntut hak-haknya, mereka masih menikmati penjajahan yang dialaminya, karena
ketidak-perdulian bahkan sebagian dikarenakan ketakutan yang berlebihan
(paranoid terhadap penindasan).
Tanah air
yang terbentang luas ini diakui secara sepihak oleh Republik Indonesia
(Soekarno dkk), Pemilik Sah Tanah Air ini adalah Umat Islam Bangsa Indonesia.
Rakyat akan senantiasa menuntut hak miliknya ini ketika sadar dan mempunyai
kekuatan. Suatu saat Republik akan dikembalikan lagi ke Tanah Karantina di
Jogjakarata (Perjanjian Renville, 1948), jadi jangan pernah berharap penjajahan
mereka terhadap Rakyat Indonesia akan berlangsung selamanya
D. Dan
Jadilah Sekutu Amerika yang Taat
Kesalahan
yang paling fatal bagi Rezim Reformasi (SBY-Kapitalis Liberal) adalah
persekutuannya dengan Amerika Serikat (USA). USA yang berhasil menumbangkan
rezim Orde Baru/Soeharto melalui agen-agennya dan para sekutunya, serta telah
berhasil memunculkan kader utamanya (SBY) hingga munuju puncak kekuasaan,
Partai Demokrat yang didirikan oleh politikus oportunis berhasil menduduki
peringkat teratas dalam pemilu terakhir. USA sangat berkepentingan di Indonesia
sejak keberhasilannya memenangkan Perang Dunia II. Mulai sedikit berhasil pada
masa Soeharto dengan menghancurkan lawan politik utama mereka Komunis dengan
bayaran mahal memasukan Ecxon Mobile dan Freeport serta simbol penjajahan khas
kapitalis lainnya di Indonesia. Mempersiapkan agen-agen militer, ekonomi, dan
intelektual muslim moderat (dengan menyekolahkan para perwira dan ekonom serta
intelektual muslim ke USA). Dan menciptakan basis sistem ekonomi kapitalis
(Bursa Efek Jakarta dan Surabaya) pada era 80-an.
Bagi Amerika
untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sekutunya tidaklah terlalu sulit.
Kebergantungan ekonomi, politik, dan militer sudah terlalu akut. Hingga rezim
Soeharto saja yang mencoba menjauh dengan mudah ditumbangkanya. Dan ketika
agen-agennya berhasil melakukan penetrasi politik hingga berkuasa, persekutuan
itu menjadi lebih transparan lagi.
Setelah
kekalahan Komunis di kancah internasional Islam adalah penghalang berikutnya
bagi Amerika. Islam adalah sebuah agama yang mewajibkan bagi para penganutnya
untuk penguasaan politik dan ekonomi secara makro. Kekhalifahan bagi umat islam
adalah keniscayaan. Hal ini menjadi batu sandungan terbesar bagi prinsip
internasionalisme-nya Kapitalis. Sosialisme islam yang dibatasi koridor-koridor
syariat sangat bertentangan dengan prinsip cosmopolis dalam Liberalisme.
Prinsip-prinsip anti-riba dalam Islam tidak akan menemukan titik temu dengan
sistem kapitalis yang serba riba. Dan setelah keberhasilan Syi’ah di Iran serta
Thaliban di Afganistan maka USA meyakini jika tidak segera dicegah dan diantisipasi
Islam akan semakin berat untuk dihadapi.
Persekutuan
yang paling penting bagi USA untuk menghadapi Islam adalah persekutuannya
dengan Islam itu sendiri. Di Timur Tengah tidak ada satu negarapun yang tidak
bersekutu dengan USA. Dan di Afrika hanya Somalia yang gagal dikuasai,
sedangkan di Asia, Pakistan dan Indonesialah sekutu yang paling sulit diatasi,
karena kronologis sejarah kedua Negara ini adalah sama, bahwa dimasa lalu
kekuatan politik Islam sempat mendominasi hingga abad 17. Dan di abad 20, hanya
dua Negara inilah dalam sejarah politiknya pernah muncul sebuah Negara Islam
sebagai cikal bakal kemunculan Kekhalifahan baru dari Timur. Kapitalisme di
dalam Dunia Islam adalah ibarat bola panas, yang siap menggelinding membakar
amarah rakyat (Umat Islam) hingga muncul pertentangan yang memicu konflik
vertical (pemberontakan). Munculnya kelas borjuis (orang kaya dzalim dan
birokrat korup) dalam sistem kapitalis merupakan pemicu ketidak adilan ekonomi
dan hukum yang justru bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dan Indonesia
yang Umat Islam-nya fanatik (tidak sekuler seperti di eropa timur) akan
merespon negatif kondisi tersebut.
Dari sudut Politik, USA yang sedang berperang dengan Islam di Afganistan,
Irak, dan Somalia akan menyeret penguasa Republik didalam perang global melawan
kekuatan Islam yang mulai menguat di Indonesia. Umat Islam akan terbelah dalam
keberfihakan yang akan memicu konflik horizontal sesama umat yang teradu domba.
Sedangkan Republik akan menjadi sasaran dan target perang bagi para mujahidin
yang telah lama memerangi USA di berbagai belahan dunia. Dampak persekutuan
dengan USA yang berakibat suburnya praktek kapitalisme di Indonesia akan
mengakibatkan dukungan rakyat (umat islam) terhadap Republik akan semakin
melemah hingga memunculkan sikap apatis terhadap politik yang merupakan titik
awal dari pelepasan dukungan dan loyalitas politis. Sikap apatis rakyat juga
dipicu oleh dampak sosial dari sistem kapitalis yang memunculkan
karakter-karakter individualistik. Jika satu kebijakan saja dirasakan tidak
adil, maka hal itu cukup untuk memicu pertentangan dan pemberontakan terhadap
penguasa. Dan riak-riak dari kasus tanah, penggusuran lahan rakyat, terorisme,
carut-marut pilkada, meningkatnya kriminalitas, kemiskinan masal bertambah, ketidak
adilan hukum bagi rakyat, sudah cukup menjadi bukti bahwa kehancuran secara
totalitas akan semakin dekat. Dan puncaknya adalah pemberontakan Umat Islam
atas persekutuan politik dan militer Republik dengan USA sebagai pengkhianatan
terbesar terhadap Umat Islam Bangsa Indonesia karena pada dasarnya mereka
merupakan bagian dari Umat Islam dunia yang sedang dalam penindasan USA. Dan
Republik Indonesia suatu saat nanti akhirnya hanya tinggal Negara yang terkubur
dalam sejarah.
Post A Comment:
0 comments:
Bro, ekspresikan ruhul jihad mu !!!